Pembahasan
Likuiditas
|
|
Rasio
|
Ranking
|
Std.
Industri
|
Keterangan
|
Indofood
|
|
1.91
|
2
|
|
Baik
|
Unilever
|
|
0.68
|
4
|
1.62
|
Buruk
|
Mayora
|
|
2.27
|
1
|
|
Baik
|
Siantar TOP
|
|
1.63
|
3
|
|
Baik
|
Manajemen
Aktiva
|
|
Rasio
|
Ranking
|
Std.
Industri
|
Keterangan
|
Indofood
|
|
8.0275
|
3
|
|
Buruk
|
Unilever
|
|
11.54
|
2
|
14.10
|
Buruk
|
Mayora
|
|
29.52
|
1
|
|
Baik
|
Siantar TOP
|
|
7.31
|
4
|
|
Buruk
|
Manajemen
Utang
|
|
Rasio
|
Ranking
|
Std.
Industri
|
Keterangan
|
Indofood
|
|
0.41
|
4
|
|
Rendah
|
Unilever
|
|
0.65
|
1
|
0.54
|
Tinggi
|
Mayora
|
|
0.63
|
2
|
|
Tinggi
|
Siantar TOP
|
|
0.48
|
3
|
|
Rendah
|
Profitabilitas
|
|
Rasio
|
Ranking
|
Std.
Industri
|
Keterangan
|
Indofood
|
|
0.106
|
2
|
|
Rendah
|
Unilever
|
|
0.37
|
1
|
0.14
|
Tinggi
|
Mayora
|
|
0.03
|
4
|
|
Rendah
|
Siantar TOP
|
|
0.05
|
3
|
|
Rendah
|
Analisa Likuiditas
Dilihat dari rank rasio keempat perusahaan diatas PT Mayora Indah
menempati urutan pertama. Dilihat dari rasio likuiditasnya PT mayora sendiri
memliki rasio likuiditas yang bagus, hal ini dikarenakan jumlah aktiva lancar
lebih besar dari jumlah kewajiban lancar. Seperti yang kita tahu semakin baik
jumlah rasio lancar suatu perushaaan maka perusahaan tersebut dapat melunasi
utang jangka pendek sewaktu-waktu. Beda dengan 3 perusahaan lainnya yang sama-sama bergerak pada industri food and
beverages. Padahal saingan dari PT Mayora Indah sendiri bisa dikatakan berat (unilever, Indofood). Hal ini membuktikan
bahwa tidak setiap perusahaan yang sudah “besar”
akan selalu menjadi pemenang dalam bidangnya, ingat bahwa pasar oligopoly (pasar di mana penawaran satu
jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan) sehingga pastinya perusahaan
saingan akan terus mencari celah untuk memajukan perusahannya masing-masing
melalui rencana-rencana strategis mereka.
Sebagai contoh penjualan PT Mayora Indah Tbk mengalami
peningkatan yang cukup baik tiap tahunnya :
Analisa Manajemen Aktiva
Seperti yang kita
tahu fungsi rasio manajemen aktiva yakni
mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya dan
menganalisis apakah tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan wajar atau
tidak. Untuk PT Mayora Indah Tbk sendiri menurut analisa kami setiap aktiva
yang dilaporkan wajar karena seperti yang terdapat pada lampiran 1 (tempo,juni 2012) Adapun aset perseroan naik dari Rp
4,39 triliun pada 2010 menjadi Rp 6,5 triliun pada 2011. Kas dan setara kas
perseroan turun dari Rp 472,1 miliar pada 2010 menjadi Rp 325,3 miliar pada
2011. Lagipula penjualan dari PT Mayora Indah sendiri terus mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
Analisa Manajemen Hutang (Leverage)
Seperti yang dapat dilihat dalam analisa laporan keuangan PT
Mayora Indah Tbk mempunyai rasio hutang yang tinggi, hal itu dikarenakan PT
Mayora Indah Tbk sendiri meningkatkan peminjaman pada bank untuk mengekspansi
pabriknya seperti yang disadur dari Lampiran 2 (indonesiafinancetoday, 2011) Mayora menggunakan pinjaman berbunga
untuk mendanai ekspansi dua pabrik.
Utang bank jangka pendek Mayora tercatat Rp 175 miliar per kuartal I 2011. Utang jangka panjang berbunga per kuartal I 2011 tercatat Rp 1,1 triliun. Namun bukan berarti lantas PT Mayora Indah Tbk tidak membagi dividennya tercatat bahwa Kas Mayora per Maret 2011 senilai Rp 392 miliar. Setelah pembagian dividen total Rp 99 miliar, sisa kas Mayora senilai Rp 293 miliar.
Utang bank jangka pendek Mayora tercatat Rp 175 miliar per kuartal I 2011. Utang jangka panjang berbunga per kuartal I 2011 tercatat Rp 1,1 triliun. Namun bukan berarti lantas PT Mayora Indah Tbk tidak membagi dividennya tercatat bahwa Kas Mayora per Maret 2011 senilai Rp 392 miliar. Setelah pembagian dividen total Rp 99 miliar, sisa kas Mayora senilai Rp 293 miliar.
Ananlisa Profitabilitas
Seperti yang
dilaporkan oleh (tangerangnews,2011) PT Mayora Indah Tbk yang memproduksi
beberapa produk terkenal seperti permen Kopiko, Beng-beng,
Choki-choki, Energen dan kopi Torabika berhasil meningkatkan laba. Sehingga
pembagian dividen baru dilakukan pada Agustus 2011. Dividen yang dibagikan tahun ini lebih
tinggi dari dividen yang dibagikan 2010 atas laba bersih tahun buku 2009. Tahun
lalu PT Mayora Indah Tbk membagikan dividen sebesar Rp 100 per saham. Meningkatnya
jumlah dividen yang dibagikan pada tahun itu dikarenakan kenaikan laba bersih tahun buku 2010. Laba
bersih Mayora pada 2010 meningkat 30% menjadi Rp 484,08 miliar dibandingkan
2009 sebesar Rp 372,15 miliar.
Lampiran 1
Senin, 18 Juni 2012 | 16:06 WIB
Mayora Targetkan Penjualan Rp 11,46 Triliun
TEMPO.CO, Jakarta - PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menargetkan
penjualan hingga Rp 11,46 trilun tahun ini. Rencana tersebut naik dari tahun
sebelumnya Rp 9,4 triliun. Direktur Keuangan MYOR, Hendrik Polisar, optimistis
target itu dapat tercapai.
Menurut dia, sebagai perusahaan yang telah eksis selama lebih dari 35 tahun perseroan telah membuktikan kemampuannya menghadapi segala situasi ekonomi. "Buktinya kami mampu bertahan dan kembali membagikan dividen kepada para pemegang saham," ujar dia di Tangerang, Senin, 18 Juni 2012.
Di tengah kondisi ekonomi yang cukup labil, perseroan menargetkan kenaikan penjualan hingga 20 persen dari tahun lalu. Sedangkan laba dipatok naik sekitar 30 persen menjadi Rp 627,3 miliar dari sebelumnya Rp 471,02 miliar.
Sepanjang tahun lalu perseroan mencatatkan penurunan laba bersih 2,69 persen menjadi Rp 471,02 miliar dari sebelumnya Rp 484,08 miliar. Sementara penjualan bersih perseroan naik 30,86 persen dari Rp 7,2 triliun menjadi Rp 9,4 triliun.
Selain itu, laba kotor perseroan turun dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,6 triliun pada 2011. Laba usaha turun dari Rp 773,3 miliar pada 2010 menjadi Rp 757,8 miliar pada 2011. Sedangkan laba per saham perseroan turun dari Rp 631 pada 2010 menjadi Rp 614 pada 2011. Total kewajiban perseroan naik dari Rp 2,3 triliun pada 2010 menjadi Rp 4,1 triliun pada 2011.
Adapun aset perseroan naik dari Rp 4,39 triliun pada 2010 menjadi Rp 6,5 triliun pada 2011. Kas dan setara kas perseroan turun dari Rp 472,1 miliar pada 2010 menjadi Rp 325,3 miliar pada 2011.
Moncernya kinerja tahun lalu mendorong perseroan kembali membagikan dividen sebesar Rp 130 kepada pemegang saham tahun ini. Nilai tersebut setara 20 persen dari keuntungan bersih perseroan pada tahun 2011 lalu yang tercatat sebesar Rp 471,02 miliar.
Untuk mendukung target itu ia mengaku hingga Mei 2012 perseroan telah menggunakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) 2012 sebesar Rp 400 miliar dari total yang dianggarkan sebesar Rp 750 miliar. Rencananya perseroan bakal menaikkan kapasitas produksi hingga 30 persen tahun ini.
"Kami optimistis target tersebut akan tercapai. Untuk itu kami akan meningkatkan distribusi dan marketing pada tahun ini," ujar Direktur Utama Mayora, Andre Sukhendra Atdmaja.
Hingga kuartal pertama 2012 perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 195,67 miliar. Capaian itu meningkat signifikan 83 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 106,95 miliar. Peningkatan laba bersih ini ditopang peningkatan penjualan kuartal I 2012 sebesar Rp 3,43 triliun atau meningkat sekitar 33 persen jika dibandingkan penjualan perseroan di periode yang sama 2011 sebesar Rp 2,57 triliun.
Menurut dia, sebagai perusahaan yang telah eksis selama lebih dari 35 tahun perseroan telah membuktikan kemampuannya menghadapi segala situasi ekonomi. "Buktinya kami mampu bertahan dan kembali membagikan dividen kepada para pemegang saham," ujar dia di Tangerang, Senin, 18 Juni 2012.
Di tengah kondisi ekonomi yang cukup labil, perseroan menargetkan kenaikan penjualan hingga 20 persen dari tahun lalu. Sedangkan laba dipatok naik sekitar 30 persen menjadi Rp 627,3 miliar dari sebelumnya Rp 471,02 miliar.
Sepanjang tahun lalu perseroan mencatatkan penurunan laba bersih 2,69 persen menjadi Rp 471,02 miliar dari sebelumnya Rp 484,08 miliar. Sementara penjualan bersih perseroan naik 30,86 persen dari Rp 7,2 triliun menjadi Rp 9,4 triliun.
Selain itu, laba kotor perseroan turun dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,6 triliun pada 2011. Laba usaha turun dari Rp 773,3 miliar pada 2010 menjadi Rp 757,8 miliar pada 2011. Sedangkan laba per saham perseroan turun dari Rp 631 pada 2010 menjadi Rp 614 pada 2011. Total kewajiban perseroan naik dari Rp 2,3 triliun pada 2010 menjadi Rp 4,1 triliun pada 2011.
Adapun aset perseroan naik dari Rp 4,39 triliun pada 2010 menjadi Rp 6,5 triliun pada 2011. Kas dan setara kas perseroan turun dari Rp 472,1 miliar pada 2010 menjadi Rp 325,3 miliar pada 2011.
Moncernya kinerja tahun lalu mendorong perseroan kembali membagikan dividen sebesar Rp 130 kepada pemegang saham tahun ini. Nilai tersebut setara 20 persen dari keuntungan bersih perseroan pada tahun 2011 lalu yang tercatat sebesar Rp 471,02 miliar.
Untuk mendukung target itu ia mengaku hingga Mei 2012 perseroan telah menggunakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) 2012 sebesar Rp 400 miliar dari total yang dianggarkan sebesar Rp 750 miliar. Rencananya perseroan bakal menaikkan kapasitas produksi hingga 30 persen tahun ini.
"Kami optimistis target tersebut akan tercapai. Untuk itu kami akan meningkatkan distribusi dan marketing pada tahun ini," ujar Direktur Utama Mayora, Andre Sukhendra Atdmaja.
Hingga kuartal pertama 2012 perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 195,67 miliar. Capaian itu meningkat signifikan 83 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 106,95 miliar. Peningkatan laba bersih ini ditopang peningkatan penjualan kuartal I 2012 sebesar Rp 3,43 triliun atau meningkat sekitar 33 persen jika dibandingkan penjualan perseroan di periode yang sama 2011 sebesar Rp 2,57 triliun.
Lampiran 2
20 Jun 2011 | Food
& BeverageRealisasi Belanja Modal Mayora Indah 57%
BY MonalisaHingga kuartal I 2011 laporan keuangan Mayora menunjukkan perusahaan telah merealisasikan investasi berupa pembelian aset-aset tetap senilai Rp 92,4 miliar. Untuk membiayai belanja modal tahun ini, Mayora menambah utang bank jangka pendeknya senilai Rp 100 miliar. Hal ini sesuai dengan perkiraan Departemen Riset IFT yang pada awal 2011 mengestimasikan 71% sumber dana belanja modal Mayora mengandalkan utang berbunga. Interest bearing debt-to-equity ratio perseroan diestimasikan sebesar 0,64 kali pada 2010, sehingga memungkinkan Mayora menggunakan pinjaman berbunga untuk mendanai ekspansi dua pabrik.
Utang bank jangka pendek Mayora tercatat Rp 175 miliar per kuartal I 2011. Utang jangka panjang berbunga per kuartal I 2011 tercatat Rp 1,1 triliun, mencakup utang obligasi Rp 299 miliar dan utang bank Rp 807 miliar.
Per Maret 2011 interest bearing debt-to-equity ratio Mayora tercatat 0,61 kali. Kas Mayora per Maret 2011 senilai Rp 392 miliar. Setelah pembagian dividen total Rp 99 miliar, sisa kas Mayora senilai Rp 293 miliar. Kas ini dapat digunakan sebagai sumber dana belanja modal tahun ini, selain tetap menggunakan pendanaan eksternal dari pinjaman berbunga.
Mayora melakukan ekspansi secara berkelanjutan sejak 1997 dengan beberapa kali menerbitkan obligasi serta sukuk. Hingga Maret 2011, Mayora masih memiliki utang obligasi Mayora Indah III senilai Rp 100 miliar serta sukuk Mudharabah I senilai Rp100 miliar. Kedua utang diterbitkan 2008 dan akan jatuh tempo pada 2013. Obligasi Mayora Indah III digunakan untuk melunasi utang Mayora Indah II, sementara sukuk Mudharabah I digunakan untuk penambahan kapasitas produksi berupa pembelian mesin untuk divisi biscuit.
Lampiran 3
Jumat, 17 Juni 2011 | 19:00 WIB
TANGERANG-PT
Mayora Indah Tbk (perseroan) yang bergerak dalam bidang industri makanan
seperti permen Kopiko, Beng-beng, Choki-choki, Energen dan kopi Torabika meraih
laba yang tinggi per Desember 2010, yakni Rp 7,22 triliun. Laba ini melebihi
target yang ditentukan pada tahun yang sama, yakni sebesar Rp 5,66 triliun.
Direktur Utama PT Mayora Indah
Tbk, Gunawan Armadja mengatakan, jumlah laba ini melebihi hampir dua kali lipat
pencapaian penjualan di tahun 2009 yang hanya sebesar Rp 4,77 triliun. “Laba
kita melebihi target yang ditentukan dan mengalami peningkatan dua kali lipat
dari tahun sebelumnya,” katanya saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan dan Public Expose di Aryaduta Lippo Village, Lippo Krawaci, Kabupaten
Tangerang, Jumat (17/6).
Sedangkan pencapaian laba bersih tahun 2010 juga melampui target menjadi sebesar Rp 484,09 miliar, melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 439,54 miliar. “Pencapaian laba bersih tahun 2010 ini juga melebihi perolehan laba bersih pada tahun 2009 sebesar Rp 374,15 miliar,” tambah Gunawan.
Menurut Gunawan, prestasi tersebut
dapat diraih Perseroan setelah mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
strategis yang tepat dalam segala aspek, baik dalam aspek pemasaran dan
lainnya. Namun disisi lain kendala yang harus dihadapi Perseroan juga semakin
berat, terutama yang berkaitan dengan kenaikan harga bahan baku, infastruktur
transportasi yang tidak sebanding dengan tingkat kemajuan aktifitas ekonomi,
serta perubahan iklim yang sulit diramalkan. “Hal ini berimbas pada kelancaran
pesokan bahan baku serta tingkat persaingan usaha yang kompetitif,” katanya.(RAZ)
Bagi Dividen
Mayora Indah pada tahun ini akan membagikan dividen sebesar Rp 130 per saham atau senilai total Rp 99 miliar, 20% dari laba bersih 2010. Pembagian dividen itu berdasarkan rapat umum pemegang saham perseroan.
Andre mengatakan pembagian dividen akan dilakukan pada Agustus 2011. Dividen yang dibagikan tahun ini lebih tinggi dari dividen yang dibagikan 2010 atas laba bersih tahun buku 2009. Tahun lalu perseroan membagikan dividen sebesar Rp 100 per saham.
Dia menjelaskan meningkatnya jumlah dividen yang dibagikan tahun ini didorong kenaikan laba bersih tahun buku 2010. Laba bersih Mayora pada 2010 meningkat 30% menjadi Rp 484,08 miliar dibandingkan 2009 sebesar Rp 372,15 miliar.
Menurut Departemen Riset IFT, dividen Mayora sebesar Rp 130 per saham merupakan nominal dividen tertinggi sejak 2002. Dividen ini menawarkan yield sebesar 1,0%, menggunakan harga penutupan saham Mayora pada Jumat di level Rp 12.900. Yield ini di bawah median 1,3% dari dividend yield yang pernah ditawarkan oleh Mayora periode 2002-2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar